Bagaimana Kredibelitas Karyawan Yang Sering Pindah Kerja?

Kutu loncat, fenomena yang paling dikeluhkan segenap tim human resource di aneka macam perusahaan. Bisa dimaklumi, HRD membutuhkan berbulan-bulan , untuk mendudukan seseorang pada pada satu posisi di perusahaan, mulai dari menebar pengumuman hingga pembinaan. Namun, pekerja hanya singgah sesaat, kemudian melanjutkan perjalanan untuk sekadar mampir di perusahaan lain.

Ciri Kutu Loncat Dan Apa Penyebabnya ?

Belakangan wabah kutu loncat dikaitkan dengan kelompok generasi yang disebut Gen Y, mereka yang lahir antara tahun 1980-2000. Gen Y dicap selaku kutu loncat, pindah sana sini mencari kerja sebab iming-iming honor lebih besar, sehingga mengakibatkan turn over karyawan tinggi. Kondisi serupa ini paling banyak terjadi di industri jasa keuangan terutama bank dan asuransi.

1. Problem Internal

Pindah kerja mampu jadi alasannya adalah ada problem internal di perusahaan, atau ingin meningkatkan karir ke level yang lebih tinggi. Namun bila itu dilaksanakan tiap tahun, atau malah setahun mampu lebih dari sekali pindah , persoalan pada tempat kerja. Rata-rata penganut kutu loncat beralasan sekadar untuk gaji yang lebih tinggi. Model menyerupai ini banyak disingkirkan perusahaan.

“Buang-buang waktu, karyawan itu kan aset perusahaan yang bakal kita kasih knowlegde, apa gunanya bila kita aset itu cuma akan kita miliki sebentar, dan lalu knowledge lost. Belum lagi mesti rekrutmen ulang,” kata Deasy, HRD manager di salah satu perusahaan IT.

2. Mindset Kerja

Mindset pindah kerja semata-mata demi honor lebih tinggi nyata tidak selalu tepat. Bukan cuma perusahaan yang buang-buang waktu, tetapi pekerja pun bakal terbentur pada keadaan yang sama. Bila biaya hidup lebih tinggi atau potensi pengembangan karirnya rendah, gaji selapis lebih tinggi dari perusahaan, tiada guna.

Namun, bagaimana pun bakal senantiasa ada penggoda di luar tembok daerah kita tiap hari berkutat. Di antara godaan itu mungkin bersifat killer opporrtunity yang tak bisa ditolak. Cirinya yakni, peluang melakukan pekerjaan yang lebih sesuai passion. Pekerjaan yang sesuai kata hati, mungkin meningkat selaras hobi, bakal membuat pelakunya melakukan pekerjaan tanpa beban. Bekerja mirip bermain dengan output tetap berkualitas.

3. Jenjang Karir

Berikutnya menyangkut pengembangan karir lebih elok yang tergambar dalam benefit and compensation, termasuk acara pelatihan pengembangan kompetensi. Bila kita bisa menerima ajuan bonus yang akan diberikan sekaligus ongkos yang hendak Anda keluarkan. Tak ada salahnya mengajukan pertanyaan perihal paket bonus bagi karyawan yang baru

4. Gaji dan Jabatan

Ciri selanjutnya  gaji lebih besar secara signifikan alasannya jabatan dan level lebih tinggi. Tawaran ini lazimnya menandai di perusahaan tersebut ada tata cara jenjang karir yang cantik untuk pekerjanya. Sebelum menetapkan pindah kerja pastikan juga lingkungan kerja, haruskah melakoni perjalanan dinas, lembur dan sebagainya. Perlu sederetan pertimbangan dalam memutuskan pindah kerja. Selisih gaji 10 persen lebih tinggi saja, tentu tak cukup menggoda untuk meloncat ke tempat kerja gres. Sebab, mungkin risiko atau bebannya yang meningkat hingga 20-30 persen.

Sekarang mari kita melihat CV, apakah daftar perusahaan jauh lebih banyak dibandingkan dengan daftar jenjang karir? Selepas menjadi supervisor semestinya berlanjut ke level manajer dan bukan menjadi supervisor lagi dan lagi di empat atau lima perusahaan yang berbeda. Saban enam atau delapan bulan berganti nama korps. Datang sebentar kemudian pergi sesuka hati.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *